Jumat, 18 Oktober 2013

Tentang Air Mata

Pernah aku tertawa sebab seorang anak menangis dan mengeluarkan air di matanya. Hal itu kutertawakan sebab kurasa agak aneh saja. Oleh perkara yang teramat sepele atau ringan saja anak itu bisa menangis bahkan sampai mengeluarkan air matanya. Yang kuherankan, bisa-bisanya berangkat ke sekolah tidak ada temannya bisa menangis. Atau berangkat sekolah, ketinggalan dari temannya terus menangis. Apanya yang mengharukan coba?

Namun, kini aku takkan lagi bisa menertawakan begitu saja terhadap orang yang menangis, sebab ternyata tangisan itu memiliki arti yang sangat mendalam. Minimal sebabnya adalah aku sudah mengalaminya sendiri.

Saat masih muda/masih bersekolah/masih ikut orang tua, kayaknya belum ada sesuatu sebab besar yang menyebabkan aku terharu dan akhirnya menangis. Em,, kalau takut dan cemas sering kualami,... tapi kalau menangis,.. wah,.. enggaklah.

sedangkan untuk saat ini, aku tak boleh lagi meremehkan anak atau orang yang sedang menangis sebab telah kusadari alasan apa yang mendasarinya.dan ini terutama terjadi karena aku sendiri sering menangis.............................Ya,.. ya,.. ya,... saat ini,.. aku memang sering menangis.

Ternyata, terlalu banyak hal yang menyebabkan seseorang menangis, sedangkan contoh di atas hanyalah sebagian kecil penyebabnya. Semakin bertambahnya usia, dan semakin banyaknya problematika hidup yang dialami, ternyata bisa menyebabkan seseorang menangis.Yang paling aku sadari, penyebabnya yang paling mendasar adalah karena orang itu merasa sudah terancam harga dirinya dan juga keselamatannya. 

Sebagai contoh nyata, kalau kita dihina atau merasa terhina oleh perlakuan atau perkataan orang lain seketika hati seolah tersentuh sehingga merangsang mata untuk mengeluarkan air mata. Sebelum usai rasa tersinggungnya atau sakit hatinya, air mata itu ternyata tak juga mau berhenti. Atau juga karena dia sedang terancam keselamatannya,bahkan diperkirakan usia hidupnya di dunia sudah tinggal beberapa saat lagi. menangisnya ini lebih disebabkan karena takut menjalani kehidupan barunya nanti baik di alam kubur maupun alam keabadian. Bukankah di dua alam itu kelak kita wajib mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita selama hidup di alam dunia..?

Atau juga kita kadang terlalu mengkhawatirkan nasib anak kita kelak setelah kita mati.? Apalagi kalau ternyata sesuatu hal yang ada pada si anak tidak sesuai dengan yang kita harapkan,.. Masya Allah, ( Semoga kita terhindar dari hal-hal yang demikian ),.. Kembali mesti kita sadari, anak adalah titipan Allah, amanah yang harus kita rawat, kita jaga, dan kita didik dengan sebaik-baiknya. Pada anak juga kita sematkan segenap harapan dan cita-cita. Namun, belum tentu kondisi anak sesuai dengan harapan, sehingga kadang hal ini bisa mengecewakan orang tua.

Em, apa iya orang tua tidak mencintai dan menyayangi anaknya, bahkan ia malah kecewa mendapatkan amanah itu?Dan perlu diingat juga, dari anak  sebenarnya kita juga diuji oleh Allah tentang banyak hal,..

Bila mungkin dalam banyak event menyebabkan kita menangis, tak ada jalan lain kecuali kita kembalikan semua urusan kepada Allah SWT. Sebab dariNyalah sumber dari segala sumber yang akhirnya terjadi. manusia memiliki hak untuk berusaha dan berikhtiar, tetapi ketentuan terakhir adalah di tanganNya,..

Semoga kita tak takut lagi menghadapi kematian, dan semoga anak-anak keturunan kita tidak menyebabkan kedihan hati yang berakhir dengan tangisan...

Saat air mata mengembang
Meremang di pelupuk mata
Meleleh pula membasahi pipi
Menghangatkan kulit pipimu

Kesedihan apa yang tengah kausandang
Wahai sahabatku
Duka apa yang tengah kau rasakan

Sebab sakit yang kauderita
Sebab anak yang menyakitimu
Atau sebab kau tersakiti?

hapuslah air mata itu sahabatku


Tidak ada komentar: