Senin, 03 Juni 2013

POTRET SEORANG BAPAK 1

Walau telah hampir 46 tahun aku mengenalnya, tetapi tidak berarti aku sudah cukup memahami dirinya. Itulah yang mungkin terasa aneh. Aneh sekali memang. Begitu banyak hal yang tak juga aku mengerti dari setiap tutur katanya. Dari setiap apa yang beliau lakukan, sampai-sampai pada keputusan mutlak yanga akhirnya beliau ambil setiap kali menghadapi sebuah masalah.

Aku sedikit memahami mengapa bapak sering mengambil sebuah policy yang sulit aku mengerti.Sebagai contoh adalah ketika aku masuk di SD kelas I dan kakakku naik ke kelas VI. Yang aku tahu akhirnya adalah Mbakku satu-satunya itu tidak lagi bersekolah. Anak sekecil itu harus ikut mencari nafkah dengan ikut Mbah Reso ngangsak ( jw : mencari sisa-sisa padi setelah panen ) ke tempat-tempat yang cukup jauh..
Gur satu - satunya di kampungku berkali-kali datang ke rumah untuk menasihati Bapak. Namun rupanya keputusan Bapak tak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Mbakyuku tetap saja tidak melanjutkan sekolah.

Sampai akhirnya aku menyelesaikan SD-ku , banyak info yang terjadi dalam kehidupan Mbakyuku. dalam usia yang masih relatif muda ( 15 tahun ) ia akhirnya menikah. Pernah ku dengar Mbakku akan ikut Lik Imah buruh ke Jakarta, tetapi Bapak melarang. Akhirnya Mbakku ikut kursus menjahit di sebuah tempat kursus. Usai lulus dari kursus itu, Mbakku menikah. Kalau tidak salah, dia minta syarat untuk menikah yaitu dibelikan mesin jahit. Dan janji itu diiyakan Bapak. Tapi, heranku sampai saat ini kok ya tidak pernah dibelikan dan antara Bapak-Mbakku tak pernah mempersoalkannya.

Sejak itu, Mbakku sibuk mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya, sedangkan aku tak mau bernasib seperti itu,.. Aku meminta untuk bersekolah seperti halnya teman-temanku yang lain. 

Saat aku bersekolah dari SMP, SPG, sampai akhirnya lulus dari pendidikan Diploma sebenarnya aku tak yakin bisa menjalani apalagi melewatinya. Terlalu berat untuk diceritakan,apalagi untuk dilaksanakan. Hanya kuasa dan Ridha Allahlah yang akhirnya menuntunku untuk terus maju menyelesaikan sekolahku.

Yang aku tahu selama masih tinggal bersama Bapak dan Ibuku semasa bersekolah dulu, aku adalah anak yang selalu salah, aku tak pernah ada benarnya. Betapa hal ini sulit sekali aku mengerti. Sekedar nonton TV saja tidak boleh, pergi ke rumah teman untuk suatu kepentingan tidak boleh, latihan naik motor pun juga tidak boleh. Pusiiing fulll... ( bersambung )




Tidak ada komentar: