Rumah bagi seorang anak adalah yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Sesederhana apa pun bentuknya asalkan di sana masih ada kedua orang tuanya pastilah anak akan merasa aman dan tenang tinggal di sana. Kondisi sesederhana apa pun, faktor itu adalah yang utama. Saat anak beranjak remaja dan akhirnya mencapai kedewasaan, setelah tiba saatnya ia harus disunting tau akhirnya membentuk rumah tangga sendiri,.. ia akan mengenal keluarga baru yang lain yaitu keluarga mertua, dan keluarganya sendiri,.. apalagi bila dia kahirnya sudah memiliki anak.Akhirnya, tiga rumah sudah yang ia kenal dan tempati. lalu, manakah sebenarnya rumahnya? Dan di manakah sebenarnya ia berkata akan pulang? Pulang ke rumahnya yang manakah? Rumah ketika ia masih ikut Bapak dan ibunya? Rumahnya Suami yang masih gabung dengan mertua? Atau rumah sederhana yang telah ia usahakan sendiri dengan susah payah walaupun ternyata sebenarnya dia merasa kurang nyaman juga di rumahnya sendiri itu?
Dia berpikir, yang manakah sebenarnya rumahku? Bila di tiga rumah itu dia kurang merasa nyaman, lalu ia berpikir untuk membuat rumah baru lagi dengan lingkungan yang lebih baik, dan konsep rumah yang dia banget,... apa iya ini yang terbaik? Kadang juga terpikirkan,.. Rumah masa depan bagi seseorang yang sebenarnya adalah di alam keabadian kelak yaitu setelah dia meninggalkan dunia fana dan menghadap sang llahi Rabbi.. Tapi,.. Sebuah peristiwa kematian bukanlah peristiwa yang sederhana. Kelak semua makhlik hidup akan mengalami,.. Dan yang sebenarnya kita semua antri menunggu giliran hadirnya ajal tersebut..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar