Minggu, 28 Juli 2013

Kuret,.. siapa yang mau?

Istilah ini sudah ku kenal sejak tahun 1989 ketika salah seorang familiku pendarahan ketika hamil muda kurang lebih 3 bulan. Penyebabnya sederhana saja yaitu karena kaget dipukul pundaknya dari belakang { wow,.. sampai segitunya ya?} Usai kuret, dia bercerita bahwa sakitnya minta ampun seperti disuduki { diremas-remas }.. " Ya Allah, jauhkanlah aku dari hal itu,.. amiin," Begitu doaku saat itu yang berusia 18 tahun.. Apalagi, sepulang dari kuret banyak sekali persyaratannya, misal : gak boleh cepet2 hamil mesti menunggu minimal satu tahun sebab rahimnya masih lemah, pakai stagen terus sampai kondisi fisik yakin benar-benar sehat,.. dan sebagainya,.. dan sebagainya.

Kasus yang kedua adalah Familiku yang lain { adik ibu } yang melahirkan prematur dan mengalami pendarahan yang banyak,.. dikuret juga,..

Hal ketiga tentang kuret aku ketahui dari novelnya Mbak Mira W " Jangan Ambil Nyawaku," Eh,.. pertamanya aku mengenal judul itu pada promosi filmnya yang dibintangi oleh Mbak Leni Marlina.. { Walah, judul film kok jangan ambil nyawaku tuh perkaranya apa ya,...? Beberapa tahun kemudian aku baru bisa menbaca novelnya yang ternyata mengisahkan seorang istri yang mendeita penyakit kanker rahim,.. dan solusinya adalah dengan dikuret,.. Wah,.. kalau yang ini sih paling ngeri,.. sebab rahimnya dibersihkan karena ada penyakit yang sangat berbahaya. Dan ceritanya see,.. kuretnya tidak hanya sekali,.. bahkan sampai berkali-kali. Seru deh pokoknya konflik yang dihadapi oleh para tokohnya. Dan kalau saya amati,.. kekuatan seorang istri dalam menghadapi persoalan peru mendapat spirit maupun motivasi dari suami, anak, dan anggota keluarga yang lain. Nah,. itu adalah contoh yang sangat bagus sebab dalam kenyataannya, mungkin ada suami yang langsung ambil langkah seribu saat tahu istrinya berpenyakit seperti itu.

Nah,.. bila ternyata ada yang mempunyai salah satu dari permasalahan di atas dan akhirnya tindakan pemecahannya dikuret.. Sudah siapkah untuk menghadapinya? Yakin deh,.. ketika dokter memvonis bahwa tindakan satu-satunya yang bisa ditempuh adalah kuret tentu dalam batin akan timbul seribu satu pertentangan yang silih berganti menguat.

Hidup bagaikan sebuah mimpi. Siap gak siap kalau tindakan itu yang mesti diambi maka kita harus berani menghadapinya. 

Tidak ada komentar: